ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA, ANAK PRA SEKOLAH
DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK
Di susun oleh :
1. DEGEN CITRA (05)
2. FRISILIA DIAN NOVIARA (13)
3. HANUM MAULINA (15)
4. WINDI ASTUTI (32)
AKADEMI KEBIDANAN PAMENANG
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra-sekolah. Deteksi perlu dilakukan secara dini sebab semakin dini ditemukan penyimpangannya maka semakin mudah dilakukan intervensi untuk perbaikannya, selain itu tenaga kesehatan mempunyai waktu dalam menyusun rencana tindakan/intervensi yang tepat. Bila penyimpangan terlambat diketahui maka intervensi untuk perbaikannya lebih sulit dilakukan.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak ) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel, jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala.(IDAI, 2002)
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Depkes RI, 2005).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dari struktur / fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirkan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ – organ dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2002)
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialasi dan kemandirian (Depkes RI, 2005).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa konsep tumbuh kembang anak?
2. Apa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak?
3. Apa ciri-ciri tumbuh kembang anak?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep tumbuh kembang anak.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri tumbuh kembang anak
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN TUMBUH KEMBANG
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yamg bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). [1]
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat di ukur dengan satuan panjang dan berat.[2]
Petumbuhan merupakan perubahan yang terbatas pada pola fisik yang di alaami oleh individu. [4]
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun spiritual ( Supartini, 2000).
Perkembangan (development) adalah bertambah kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.[1]
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh dan lebih komplek dalam kemapuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.[2]
Perkembangan adalah perubahan individu baik fisik maupun psikis yang berlangsung sepanjang hayat dan terjadi secara teratur dan terpola.[4]
Perkembangan terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual, dan emosional. Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah dengan bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan intelektual ditunjukan dengan kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung. Perkembangan emosional dapat dilihat dari perilaku sosial lingkungan anak.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak
1. Faktor Dalam (Internal)
a) Ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
b) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
c) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal (dalam kandungan), tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
d) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
e) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
f) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down dan sindroma Turner.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan “bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhit hayatnya.
Faktor lingkugan ini secara garis besar dibagi menjadi :
A. Faktor Lingkungan Pranatal
1. Gizi ibu pada hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan peertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terkena insfeksi abortus dan sebagainya.
Anak yang lahir dari ibu yang gizinya kurang dan hidup di lingkungan miskin maka akan mengalami kurang gizi juga dn mudah terkena insfeksi dan selanjutnya akan menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tinggi badannya kurang pula. Keadaan ini merupakan lingkaran setan yang akan berulang dari generasi ke generasi selama kemiskinan tersebut tidak di tanggulangi.
2. Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan. Demikian pula dengan Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot.
3. Toksin/zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen. Misalnya obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis. Demian ibu hamil perokok dan peminum alkohol kronis sering melahirkan bayi lahir mati, cacat atau retardasi mental
4. Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal.
5. Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat meyebabkan kematian janin, kerusakan otak atau cacat bawaan lainnya.
6. Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.
7. Stress
Stres yang di alami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, anatar lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain
8. Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
9. Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.
B. Faktor Pascasalin
1. Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
2. Penyakit kronis/ kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
3. Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
4. Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
5. Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
6. Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.
7. Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
8. Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
9. Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan. [1,2,3,4]
2.3 Ciri-ciri Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :
1) Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai maturitas/dewasa.
2) Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan.
3) Pola perkembangan dapat di ramalkan, Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya.
4) Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf.
5) Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.
6) Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
Contoh: menggerakan kepala dulu, mengangkat dada, mengerakan ekstremitas bagian bawah.
7) Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.
Ciri-ciri tumbuh kembang menurut potter dan perry 2005
1. Perkembangan merupakan hal yang teratur dan mengikuti rangkaain tertentu
2. Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung terus menerus
Dalam pola sebagai berikut:
o Cephalocaudal, pertumbuhan berlangsung terus dari kepala ke arah bawah bagian tubuh
o Proximodistal perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat atau proximal tubuh kearah luar tubuh (distal)
o Differentiation ketika perkembangan berlangsung terus dari yang mudah ke arah yang lebih kompleks
3. Perkembangn merupakan hal yang komplek , dapat diprediksi , terjadi dengan pola yang konsisten dan kronologis.[1,3,4]
Ciri ciri tumbuh kembang :
1. Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan selabut syaraf.
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya.
Setiapa anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahaapan sebelumnya contoh seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kakai dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi terdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Sebagai mana pertumbuhan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ, dan perkembangan pada masing-masing anak.
4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat perkembangan pun demikian terjadi peningkatn mental memory gaya nalar asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambahnya umur bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya .
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut 2 hukum yang tetap:
A. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah caudal atau anggota tubuh (pola sefalocaudal)
B. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang kebagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus(pola proksimodistal).
6. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sbelum berjalan dan sebagainya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra-sekolah.
Ciri-ciri Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
2. Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan organ-organ.
3. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya.
Adapun faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak antara lain :
a. Faktor dalam (internal) : Ras/etnik atau bangsa, Keluarga, Umur
b. Faktor luar (eksternal)
• Faktor Prenatal : Gizi, Mekanis, Toksin/zat kimia.
• Dll.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetjiningsih.1995.Tumbuh kembang anak.Jakarta:EGC
2. Depkes.2006. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.Jakarta
3. Nursalam. (2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak untuk perawat dan bidan. Jakarta: Salemba Medika
4. Marmi, kukuh.2012. Asuhan Neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah.Yogyakarta:Puastaka Pelajar
KELUARGA AKAN SELALU BERSAMA DALAM SUKA MAUPUN DUKA. BIDAN DULU KEINGINAN ORANG TUAKU dan SEKARANG......
Rabu, 13 November 2013
ASUHAN KEHAMILAN KUNJUNGAN ULANG
TUGAS
ASUHAN
KEHAMILAN KUNJUNGAN ULANG
MENGEVALUASI
PENEMUAN YANG TERJADI SERTA ASPEK-ASPEK YANG MENONJOL PADA WANITA HAMIL
Disusun oleh : kelompok 1
1.
Cika
Sudiro Ramadhani Utari
2.
Erstin
Shela Faradisa
3.
Hanum
Maulina
4.
Windi
Astuti
5.
Zitni Karimatun
Nisa
AKADEMI KEBIDANAN PAMENANG
2013 – 2014
ASUHAN KEHAMILAN KUNJUNGAN ULANG
Yang
dimaksud dengan kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan
yang kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar
antenatal selama 1 periode kehamilan berlangsung (PWS-KIA)
·
Kunjungan
Ulang
Definisi
Kunjungan ulang
adalah kunjungan yang dilakukan setelah kunjungan antenatal pertama sampai
memasuli persalinan ( varney , 1997)
Tujuan
Tujuan kunjungan
ulang difokuskan pada pendekteksi komlikasi mempersiapkan kelahiran , dan
kegawatdaruratan.
·
Mengevaluasi
Penemuan yang Terjadi serta Aspek - Aspek yang Menonjol Pada Wanita Hamil
Sebelum melakukan pemeriksaan,
bidan hendaknya meninjau kembali data pasien pada kunjungan pertama, untuk
mendapatkan informasi tentang :
1)
Biodata
2)
Usia kehamilan
3)
Temuan data yang
bermakan :
a)
Riwayat obstetric
b)
Riwayat perawatan medis
c)
Riwayat kelurga
d)
Riwayat kehamilan
e)
Periksasan fisik awal
f)
Pemeriksaan panggul
awal
1)
Masalah –maslah yang
ditemukan pada kunjungan sebelumnya ,penangan dan evaluasi efektifitas
pengobatan
2)
Masalah dan kebutuhan
,perencanaan dan pelaksanaan intruksi
3)
Pengobatan spesifik ,pengobatan
dan diet yang di perlukan untuk wanita yang bertanggung jawab .
4)
Pemeriksaan
laboraterium :
a)
Hasil normal atau tidak
b)
Perlu mengulang
pemeriksaan lab atau tidak
c)
Perlu penelitian lebih
lanjut atau tidak
Tujuan dari peninjauan data
kunjungan pertama adalah :
Agar
bidan dapat menemukan masalah, persoalan dan aspek khusus yang berhubungan
dengan ibu hamil tersebut
1)
Evaluasi data dasar
2) Evaluasi
efetivitas menejemen terdahulu .
Pada saat
melakukan pemeriksaan kunjungan ulang baik itu kunjungan kedua, ketiga dan
keempat hal-hal yang harus menjadi fokus anamnesa adakah ibu mendapatkan tanda
dan gejala seperti : nyeri pembesaran payudara, rasa kelelahan yang sangat,
mual dan muntah, kenaikan berat badan, perubahan uterus, perubahan kulit,
sering BAK, sulit tidur, sakit pinggang, nyeri pada tungkai.
Oleh karena
telah banyak dilakukan pengkajian mengenai riwayat ibu dan pemeriksaan lengkap
selama kunjungan antenatal pertama, maka kunjungan ulang difokuskan pada
penpdeteksian komplikasi - komplikasi, mempersiapkan kelahiran,
kegawatdaruratan, pemeriksaan fisik yang terfokus dan pembelajaran
Pada tahap
ini bidan menginventarisasi beberapa masalah yang terjadi beserta aspek - aspek
yang menonjol yang membutuhkan penanganan dan pemberian KIE
DAFTAR
PUSTAKA
Kusmiyati
yuni , dkk . 2009 . perawatan ibu hamil
(asuhan ibu hamil) . Jakarta : Fitramaya
Indrayani
. 2011 . Buku ajar asuhan kehamilan .
Jakarta: cv. Trans Info Media
POSISI OKSIPITALIS POSTERIOR PERSISTENS
ASUHAN KEBIDANAN pada PERSALINAN
POSISI OKSIPITALIS POSTERIOR PERSISTENS
Di susun oleh :
1. Cika Sudiro
2. Hanum maulina
1b
AKADEMI KEBIDANAN PAMENANG
2013/2014
Posisi oksipitalis posterior persistens adalah suatu keadaan dimana ubun-ubun kecil tidak berputar kedepan, sehingga tetap dibelakang.
ETIOLOGI
Salah satu sebab yaitu usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul. Sebab lain yaitu otot-otot dasar panggul yang sudah lembek pada multipara atau kepala janin yang kecil dan bulat, sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala janin untuk memutar kedepan.
Mekanisme persalinan
Bila hubungan kepala janin cukup longgar, persalinan pada posisi oksipito posterior persistens dapat berlangsung secara spontan, tetapi pada umumnya lebih lama. Kepala janin akan lahir dalam keadaan muka dibawah simfisis dengan mekanisme sebagai berikut.
Setelah kepala mencapai dasar pangguldan ubun-ubun besar berada dibawah simfisis, dengan ubun-ubun besar tersebut sebagai hipomoklion, oksiput akan lahir melalui perineum, diikuti bagian kepala yang lain. Kelahiran janin dengan ubun-ubun kecil dibelakang menyebabkan renggangan yang besar pada vagina dan perineu, hal ini disebabkan karena kepla yang sudah dalam keadaan fleksi maksimal tidak dapat menambah fleksinya lagi. Selain itu seringkali fleksi kepala tidak dapat maksimal, sehingga kepala lahir melalui pintu bawah panggul dengan sirkumferensia frontooksipitalis yang lebih besar dibandingkan dengan sirkumferensia suboksipitobregmatika. Kedua keadaan tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada vagina dan perineum yang luas.
Prognosis
Jalannya persalinan pada posisisi oksipito posterior persistens sulit diramalkan hal ini disebabkan karena kemungkinan timbulnya kesulitan selalu ada. Persalinan pada umumnya berlangsung lebih lama, kemungkinan kerusakan jalan lahir lebih besar, sedangkan kematian perinatal lebih tinggi bila dibandingkan dengan keadaan di mana ubun-ubun kecil berada di depan.
Penanganan
Ebaiknya dilakukan pengaaan persalinan yang ekama dengan harapan terjadinya persalinan spontan. Tindakan untuk mempercepat jalannya persalinan dilakukan apabila kala II terlalu lama, atau ada tanda-tanda bahaya terhadap janin.
Karena ekstraksi cunam pada persalinan letak belakang kepala akan lebih mudah bila ubun-ubun kecil berada didepan, maka harus diusahakan lebih dahulu apakah ubun-ubun kecil dapat diputar kedepan. Perputaran kepala tersebut dapat dilakukan dengan tangan penolong yang dimasukkan kedalam vagina atau dengan cunam. Apabila putaran dapat dilakukan dengan mudah, maka janin dilahirkan dengan ubun-ubun kecil di depan. Tetapi bila hal tersebut sulit atau yang melakukan pebedahan tidak berpengalaman, hendaknya putaran tersebut tidak dipaksakan dan janin dilahirkan dengan cunam dalam keadaan ubun-ubun kecil tetap dibelakang. Untuk itu perlu dilakukan episiotomy medio lateral yang cukup luas. Tetapi pada waktu dilakukan tarikan, ada kalanya terjadi perputaran secara spontan, sehingga ubun-ubun kecil berada didepan.
Pada presentasi belakang kepala, kadang-kadang kala II mengalami kemacetan dengan kepala janin sudah berada di dasar panggul dan posisi ubun-ubun kecil melintang. Keadaan ini dinamakan posisi lintang tetap rendah (deep transverse arrest). Apabila ada alamat untuk menyelesaikan persalinan dapat dilakukan ekstraksi vakum atau dilakukan ekstraksi cunam yang dipasang miring terhadap kepala miring terhadap panggul.
Pemasangan atau penempatan daun sendok cunam yang ideal di dalam panggul
Pemasangan forsep menurut scontoni pada ocoporterior pesrsistent dilakukan sebagai berikut :
1. Forseps dipasan melintang terhadap kepala dan melintang terhadap tulang pelvis.
2. Forseps yang dipakai forseps kielland yang tidak mempunyai lengkungan pelvis sehingga tidak banyak menimbulkan trauma.
3. Forseps ini dipergunakan untuk melakukan rotasi sehingga ubun-ubun kecil berkedudukan melintang kekanan atau kekiri.
4. Selanjutnya forseps dibuka.
5. Forseps dipasang kembali menurut lange, yaitu miring terhadap kepala bayi dan terhadap tulang pelvis.
6. Dilakukan tarikan sambil sambil melakukan rotasi sehingga ubun-ubun kecil berada dibawah simfisis sehingga hipomoglin.
7. Setelah hipomoglion berada dibawah simfisis, tarikan diarahkan curam kebawah sehingga berturut-turut lahir :
A. Ubun-ubun kecil
B. Ubun-ubun besar
C. Muka dan akhir dagu
D. Seluruh kepala bayi
8. Badan anak dilahirkan secara biasa.
9. Jika gagal melakukan rotasi manual atau forseps, dilakukan persalinan dengan forseps secara paksa dengan resiko morbiditas dan mortalitas tinggi.
Pertolongan persalinan pada kelainan putaran paksi dalam, penuh dengan resiko karena :
1. Kesempitan panggul tengah
2. Paksaan pertolongan dengan persalinan per vagina akan menimbulkan morbiditas dan mortalitas tinggi.
3. Apalagi jika kedudukan kepala belum masuk H3.
Dengan demikian, seksio sesare merupakan pilihan yang paling utama untuk mencapai well born baby dan well health mother.
2007,Pengantar kuliah obstetr cetakan 1,EGC, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Winkjosastro,hanifa (1999). ilmu kebidanan edisi 3 cetakan ke 5. yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta pusat
POSISI OKSIPITALIS POSTERIOR PERSISTENS
Di susun oleh :
1. Cika Sudiro
2. Hanum maulina
1b
AKADEMI KEBIDANAN PAMENANG
2013/2014
Posisi oksipitalis posterior persistens adalah suatu keadaan dimana ubun-ubun kecil tidak berputar kedepan, sehingga tetap dibelakang.
ETIOLOGI
Salah satu sebab yaitu usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul. Sebab lain yaitu otot-otot dasar panggul yang sudah lembek pada multipara atau kepala janin yang kecil dan bulat, sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala janin untuk memutar kedepan.
Mekanisme persalinan
Bila hubungan kepala janin cukup longgar, persalinan pada posisi oksipito posterior persistens dapat berlangsung secara spontan, tetapi pada umumnya lebih lama. Kepala janin akan lahir dalam keadaan muka dibawah simfisis dengan mekanisme sebagai berikut.
Setelah kepala mencapai dasar pangguldan ubun-ubun besar berada dibawah simfisis, dengan ubun-ubun besar tersebut sebagai hipomoklion, oksiput akan lahir melalui perineum, diikuti bagian kepala yang lain. Kelahiran janin dengan ubun-ubun kecil dibelakang menyebabkan renggangan yang besar pada vagina dan perineu, hal ini disebabkan karena kepla yang sudah dalam keadaan fleksi maksimal tidak dapat menambah fleksinya lagi. Selain itu seringkali fleksi kepala tidak dapat maksimal, sehingga kepala lahir melalui pintu bawah panggul dengan sirkumferensia frontooksipitalis yang lebih besar dibandingkan dengan sirkumferensia suboksipitobregmatika. Kedua keadaan tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada vagina dan perineum yang luas.
Prognosis
Jalannya persalinan pada posisisi oksipito posterior persistens sulit diramalkan hal ini disebabkan karena kemungkinan timbulnya kesulitan selalu ada. Persalinan pada umumnya berlangsung lebih lama, kemungkinan kerusakan jalan lahir lebih besar, sedangkan kematian perinatal lebih tinggi bila dibandingkan dengan keadaan di mana ubun-ubun kecil berada di depan.
Penanganan
Ebaiknya dilakukan pengaaan persalinan yang ekama dengan harapan terjadinya persalinan spontan. Tindakan untuk mempercepat jalannya persalinan dilakukan apabila kala II terlalu lama, atau ada tanda-tanda bahaya terhadap janin.
Karena ekstraksi cunam pada persalinan letak belakang kepala akan lebih mudah bila ubun-ubun kecil berada didepan, maka harus diusahakan lebih dahulu apakah ubun-ubun kecil dapat diputar kedepan. Perputaran kepala tersebut dapat dilakukan dengan tangan penolong yang dimasukkan kedalam vagina atau dengan cunam. Apabila putaran dapat dilakukan dengan mudah, maka janin dilahirkan dengan ubun-ubun kecil di depan. Tetapi bila hal tersebut sulit atau yang melakukan pebedahan tidak berpengalaman, hendaknya putaran tersebut tidak dipaksakan dan janin dilahirkan dengan cunam dalam keadaan ubun-ubun kecil tetap dibelakang. Untuk itu perlu dilakukan episiotomy medio lateral yang cukup luas. Tetapi pada waktu dilakukan tarikan, ada kalanya terjadi perputaran secara spontan, sehingga ubun-ubun kecil berada didepan.
Pada presentasi belakang kepala, kadang-kadang kala II mengalami kemacetan dengan kepala janin sudah berada di dasar panggul dan posisi ubun-ubun kecil melintang. Keadaan ini dinamakan posisi lintang tetap rendah (deep transverse arrest). Apabila ada alamat untuk menyelesaikan persalinan dapat dilakukan ekstraksi vakum atau dilakukan ekstraksi cunam yang dipasang miring terhadap kepala miring terhadap panggul.
Pemasangan atau penempatan daun sendok cunam yang ideal di dalam panggul
Pemasangan forsep menurut scontoni pada ocoporterior pesrsistent dilakukan sebagai berikut :
1. Forseps dipasan melintang terhadap kepala dan melintang terhadap tulang pelvis.
2. Forseps yang dipakai forseps kielland yang tidak mempunyai lengkungan pelvis sehingga tidak banyak menimbulkan trauma.
3. Forseps ini dipergunakan untuk melakukan rotasi sehingga ubun-ubun kecil berkedudukan melintang kekanan atau kekiri.
4. Selanjutnya forseps dibuka.
5. Forseps dipasang kembali menurut lange, yaitu miring terhadap kepala bayi dan terhadap tulang pelvis.
6. Dilakukan tarikan sambil sambil melakukan rotasi sehingga ubun-ubun kecil berada dibawah simfisis sehingga hipomoglin.
7. Setelah hipomoglion berada dibawah simfisis, tarikan diarahkan curam kebawah sehingga berturut-turut lahir :
A. Ubun-ubun kecil
B. Ubun-ubun besar
C. Muka dan akhir dagu
D. Seluruh kepala bayi
8. Badan anak dilahirkan secara biasa.
9. Jika gagal melakukan rotasi manual atau forseps, dilakukan persalinan dengan forseps secara paksa dengan resiko morbiditas dan mortalitas tinggi.
Pertolongan persalinan pada kelainan putaran paksi dalam, penuh dengan resiko karena :
1. Kesempitan panggul tengah
2. Paksaan pertolongan dengan persalinan per vagina akan menimbulkan morbiditas dan mortalitas tinggi.
3. Apalagi jika kedudukan kepala belum masuk H3.
Dengan demikian, seksio sesare merupakan pilihan yang paling utama untuk mencapai well born baby dan well health mother.
2007,Pengantar kuliah obstetr cetakan 1,EGC, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Winkjosastro,hanifa (1999). ilmu kebidanan edisi 3 cetakan ke 5. yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta pusat
Rabu, 06 November 2013
SOAL-SOAL PARTOGRAF 1
Ny. Ambar umur 27 tahun G II P I A0 datang ke PONED dilayani bidan Tika tanggal 24 oktober 2009 jam 14.00 ditemani suami dengan keluhan telah merasakan kontraksi sejak pukul 06.00 WIB
1. Bidan Tika melakukan anamneses dan pemeriksaan fisik dengan hasil :
a. HPL tanggal 26 oktober 2007, kontraksi 3 kali dalam 10 menit selama 20 detik, DJJ 130 kali/menit, hasil pemeriksaan dari luar kepala teraba 4/5 bagian. Pembukaan servik 4 cm, preskep, tidak terjadi penyusupan dan KK (+). T : 110/60 mmHg, nadi : 82 x/menit, suhu : 36,7 derajat celcius. Ibu berkemih 150 ml tidak ada aceton, tidak ada protein.
b. Dilakukan pemantauan dengan hasil :
1) Jam 14.30 DJJ 140x/menit, His 3x/10 menit, Lama 25 detik, nadi : 80 x/menit
2) Jam 15.00 DJJ 142x/menit, His 3x/10 menit, Lama 30 detik, nadi : 84 x/menit
3) Jam 15.30 DJJ 138x/menit, His 3x/10 menit, Lama 30 detik, nadi : 88 x/menit
4) Jam 16.00 DJJ 134x/menit, His 4x/10 menit, Lama 40 detik, nadi : 92 x/menit, suhu : 37,5 0C, urin : 100 ml, aceton (-), protein (-).
5) Jam 16.30 DJJ 130x/menit, His 4x/10 menit, Lama 40 detik, nadi : 88 x/menit
6) Jam 17.00 DJJ 130x/menit, His 4x/10 menit, Lama 40 detik, nadi : 88 x/menit
7) Jam 17.30 DJJ 135x/menit, His 4x/10 menit, Lama 40 detik, nadi : 90 x/menit, urin : 80 ml aceton(-), protein (-).
2. Kemudian dilakukan pemeriksaan ke 2 jam 18.00 dengan hasil :
a. Jam 18.00 kontraksi 4 kali dalam 10 menit lama 30 detik, DJJ 132 kali/menit, penurunan kepala 3/5, pembukaan 5 cm tidak ada penyusupan KK (+). TD : 120/70 mmHg, nadi ; 84 x/menit, suhu : 37,2 derajat celcius
b. Bidan Tika mulai menilai DJJ, kontraksi dan nadi setiap 30 menit. Menilai suhu setiap 2 jam, dengan hasil :
1) Jam 18.30 DJJ 144x/menit, His 4x/10 menit, Lama 45 detik, nadi : 80 x/menit
2) Jam 19.00 DJJ 144x/menit, His 4x/10 menit, Lama 45 detik, nadi : 84 x/menit
3) Jam 19.30 DJJ 140x/menit, His 4x/10 menit, Lama 45 detik, nadi : 88 x/menit
4) Jam 20.00 DJJ 134x/menit, His 4x/10 menit, Lama 45 detik, nadi : 92 x/menit, suhu : 37,5 0C, urin : 100 ml, aceton (-), protein (-).
5) Jam 20.30 DJJ 130x/menit, His 4x/10 menit, Lama 45 detik, nadi : 88 x/menit
6) Jam 21.00 DJJ 128x/menit, His 5x/10 menit, Lama 50 detik, nadi : 88 x/menit
7) Jam 21.30 DJJ 128x/menit, His 5x/10 menit, Lama 50 detik, nadi : 90 x/menit, urin : 80 ml aceton(-), protein (-).
8) Jam 21.50 KK pecah spontan jernih
9) Jam 22.00 DJJ 132x/menit, His 5x/10 menit, Lama 50 detik, nadi : 88 x/menit, suhu : 37 0C, penurunan kepala 1/5, pembukaan servik 10 cm, tidak ada penyusupan, KK (-) air ketuban jernih, T : 120/70 mmHg,
10) Selama kala I, pasien tidak mendapatkan suntikan oksitosin, obat ataupun cairan infus
3. Jam 22.45 lahir bayi laki-laki, BB : 3200 gram, PB : 49 cm, menangis spontan dan tidak ada penyulit
4. Plasenta lahir lengkap 5 menit kemudian, kala IV berjalan dengan normal, tidak ada laserasi jalan lahir.
SOAL-SOAL PARTOGRAF 2
Ny. Gina umur 20 tahun G I P 0 A0 datang ke BPS Rani tanggal 21 April 2009 jam 08.00 dengan keluhan telah merasakan kontraksi sejak pukul 05.00 WIB, belum mengeluarkan cairan dari jalan lahir. Bidan Rani melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan seksama.
1. Bidan Rani melakukan anamneses dan pemeriksaan fisik dengan hasil :
a. Kehamilan cukup bulan, presbelkep (vertek) dengan penurunan kepala janin 3/5 bagian, kontraksi 3 kali dalam 10 menit selama 35 detik, DJJ 124 kali/menit.
b. Pembukaan servik 5 cm, tidak terjadi penyusupan dan, selaput ketuban utuh
c. T : 120/80 mmHg, nadi : 80 x/menit, suhu : 36,8 derajat celcius
d. Ibu berkemih 200 ml sebelum pemeriksaan dalam, tidak ditemukan aceton dan protein dalam urin.
2. Berdasarkan data yang dikumpulkan pada pukul 08.00 WIB bidan Rani membuat diagnose bahwa Ny. Gina adalah primigravida dalam fase aktif persalinan. Bidan Rani menganjurkan Ny. Gina untuk berjalan-jalan dan banyak minum . Bidan Rani meneruskan pemantauan kemajuan persalinan.
a. Jam 08.30 DJJ 130x/menit, kontraksi 3 kali dalam 10 menit lama 30 detik, nadi : 80 x/menit.
b. Jam 09.00 DJJ 134x/menit, kontraksi 4x/10 menit, Lama 40 detik, nadi : 84 x/menit
c. Jam 09.30 DJJ 132x/menit, kontraksi 4x/10 menit, Lama 40 detik, nadi : 88 x/menit
d. Jam 10.00 DJJ 130x/menit, kontraksi 5x/10 menit, Lama 45 detik, nadi : 88 x/menit, S = 37 derajat celcius, urin 100 ml.
e. Jam 10.30 DJJ 140x/menit, kontraksi 5x/10 menit, Lama 45 detik, nadi : 82 x/menit
Pemeriksaan ke dua dilakukan pkl 11.00, Ny. Gina menyatakan ketuban pecah warna jernih, kenceng-kenceng pada perut lebih sering dan lebih nyeri. Bidan Rani melakukan pemeriksaan kemajuan persalinan ditemukan hasil : kontraksi 5x dalam 10 menit lama 50 detik , DJJ 140 x/menit, penurunan bagian terbawah janin 1/5 bagian, pembukaan servik 10 cm, tidak ada penyusupan kepala janin, selaput ketuban negative, sisa AK jernih, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88x/mnt. Pukul 11.30 lahir bayi laki-laki BB : 3000 gram, PB : 48 cm, bayi menangis spontan, dilakukan manajemen aktif kala III, plasenta lahir spontan lengkap jam 11.37, berat 500 gram, PTP 50 cm. kala IV dalam batas normal
SAP
FORMAT SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Pentingnya mencuci tangan
Sasaran : siswa SD
Tempat :SDN Pancapura 2 Pare.
Tanggal Pelaksanaan :
13 Maret 2013
Waktu : 08.00 WIB
A. Tujuan
Instruksional Umum
Setelah
di berikan penyuluhan tentang cara mencuci tangan yang benar di SDN Pancapura 2 Pare, di harapkan
anak-anak (sasaran) mengerti mengenai cara mencuci tangan yang benar dan dapat
melakukan teknik mencuci tangan dengan benar .
B. Tujuan
Instruksional Khusus
Siswa
SD mampu mengerti tentang :
·
Kegunaan
mencuci tangan
·
Alat yang digunakan
untuk mencuci tangan
·
Kapan mencuci
tangan
·
Tenik mencuci
tangan yang benar
C. Kegiatan
Penyuluhan
1. Metode
: ceramah , demonstrasi , Tanya jawab
2. Langkah-langkah
Waktu
|
Kegiatan Penyuluhan
|
Kegiatan audience
|
Media
|
5 mnt
|
Pendahuluan
Salam
perkenalan
|
Menjawab salam
|
microphone
|
30 mnt
|
Pelaksanaan
1.
Pre test dengan Tanya
jawab.
2.
Menjelaskan tentang :
![]() ![]() ![]() ![]()
3.
Demonstrasi cara mencuci
tangan yang benar.
4.
Tanya jawab
5.
Post test dengan Kuis
|
bertanya
mendengarkan
mendengarkan
dan melihat
Bertanya
Mengulang
materi yang telah diberikan.
|
Microphone
PPT,LCD,
laptop
Hadiah,
microphone
|
5
|
Penutup
kesimpulan
|
Mendengarkan,
menjawab salam
|
|
|
|
|
|
D. Evaluasi :
KRITERIA EVALUASI :
1. Evaluasi Struktur
Kesiapan materi
Kesiapan SAP
Kesiapan media : LCD, laptop, dan slide.
Peserta hadir ditempat penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di SDN Pancapura 2 Pare
2. Evaluasi Proses
Kegiatan di mulai sesuai dengan waktu yang direncanakan
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
Suasana penyuluhan tertib
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 10 anak
3. Evaluasi Hasil
Anak (sasaran) dapat :
Menjelaskan kegunaan mencuci tangan
Menjelaskan alat yang digunakan untuk mencuci tangan
Menjelaskan kapan mencuci tangan
Menjelaskan tenik mencuci tangan yang benar
KRITERIA EVALUASI :
1. Evaluasi Struktur
Kesiapan materi
Kesiapan SAP
Kesiapan media : LCD, laptop, dan slide.
Peserta hadir ditempat penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di SDN Pancapura 2 Pare
2. Evaluasi Proses
Kegiatan di mulai sesuai dengan waktu yang direncanakan
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
Suasana penyuluhan tertib
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 10 anak
3. Evaluasi Hasil
Anak (sasaran) dapat :
Menjelaskan kegunaan mencuci tangan
Menjelaskan alat yang digunakan untuk mencuci tangan
Menjelaskan kapan mencuci tangan
Menjelaskan tenik mencuci tangan yang benar
LAMPIRAN
MATERI PENYULUHAN
CARA MENCUCI TANGAN YANG BENAR
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari- jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman.
A. kegunaan mencuci tangan:
1. Pencegahan penyakit
2. Tangan menjadi bersih dan harum
3. Menurunkan penyebab akibat diare dan ISPA.
4. Dapat mencegah infeksi kulit, mata, cacing yang tinggal didalam usus, SARS, dan Flu burung.
5. Keluarga menjadi terbiasa hidup sehat
B. Perhatikan kapan mencuci tangan sebagai berikut :
Sebelum dan sesudah melakukan aktifitas. 5 waktu penting cuci tangan :
1. Sebelum makan
2. Sesudah buang air besar
3. Sebelum memegang bayi
4. Sesudah menceboki anak
5. Sebelum menyiapkan makan
C. Perhatikan alat yang digunakan dalam mencuci tangan sebagai berikut :
1. Sabun
2. Air mengalir
3. Tisu / handuk kering
D. Perhatikan teknik cuci tangan yang benar sebagai berikut :
1. Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir.
2. Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan. Akan lebih baik bila sabun mengandung antiseptik.
3. Gosoklah kedua telapak tangan.
4. Gosokkan sampai ke ujung jari.
5. Telapak tangan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri. Gosok sela –sela jari tersebut. Lakukan sebaliknya.
6. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci.
7. Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar. Lakukan hal yang sama denga ibu jari tangan kiri.
8. Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya gerakan kedepan, kebelakang dan berputar. Lakukan sebaliknya.
9. Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula untuk tangan kiri.
10. Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.
11. Keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan bila menggunakan kran, tutup kran dengan tissue.
CARA MENCUCI TANGAN YANG BENAR
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari- jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman.
A. kegunaan mencuci tangan:
1. Pencegahan penyakit
2. Tangan menjadi bersih dan harum
3. Menurunkan penyebab akibat diare dan ISPA.
4. Dapat mencegah infeksi kulit, mata, cacing yang tinggal didalam usus, SARS, dan Flu burung.
5. Keluarga menjadi terbiasa hidup sehat
B. Perhatikan kapan mencuci tangan sebagai berikut :
Sebelum dan sesudah melakukan aktifitas. 5 waktu penting cuci tangan :
1. Sebelum makan
2. Sesudah buang air besar
3. Sebelum memegang bayi
4. Sesudah menceboki anak
5. Sebelum menyiapkan makan
C. Perhatikan alat yang digunakan dalam mencuci tangan sebagai berikut :
1. Sabun
2. Air mengalir
3. Tisu / handuk kering
D. Perhatikan teknik cuci tangan yang benar sebagai berikut :
1. Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir.
2. Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan. Akan lebih baik bila sabun mengandung antiseptik.
3. Gosoklah kedua telapak tangan.
4. Gosokkan sampai ke ujung jari.
5. Telapak tangan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri. Gosok sela –sela jari tersebut. Lakukan sebaliknya.
6. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci.
7. Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar. Lakukan hal yang sama denga ibu jari tangan kiri.
8. Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya gerakan kedepan, kebelakang dan berputar. Lakukan sebaliknya.
9. Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula untuk tangan kiri.
10. Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.
11. Keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan bila menggunakan kran, tutup kran dengan tissue.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat A. A. A & Uliyah M. buku saku pratikum kebutuhan dasar manusia, EGC, Jakarta 2004
www.google.com
www.nursingbegin.com
id.wikipedia.org
www.thebestlinks.com
Hidayat A. A. A & Uliyah M. buku saku pratikum kebutuhan dasar manusia, EGC, Jakarta 2004
www.google.com
www.nursingbegin.com
id.wikipedia.org
www.thebestlinks.com
Langganan:
Postingan (Atom)