Rabu, 06 November 2013

DETEKSI KOMPLIKASI DAN PENYULIT KALA II



DETEKSI KOMPLIKASI DAN PENYULIT KALA II
DISTOSIA BAHU

logo pamenang.jpg

Di susun oleh :
HANUM MAULINA (12.02.052)

AKADEMI KEBIDANAN PAMENANG
2013/2014


Distosia Bahu atau Bahu Macet
Distosia bahu secara sederhana adalah kesulitan persalinan pada saat melahirkan bahu (varney, 2004). Pada presentasi kepala, bahu anterior terjepit di atas simpisis pubis sehingga bahu tidak dapat melewati panggul kecil atau bidang sempit panggul. Bahu posterior tertahan di atas promontorium bagian atas. Distosia bahu terjadi jika bahu masuk kedalam panggul kecil dengan diameter biakromial pada posisi anteroposterior dari panggul sebagai pengganti diameter oblik panggul yang mana diameter oblik sebesar 12,75 cm lebih panjang dari diameter anteroposterior (11 cm). Waktu untuk menolong distosia bahu kurang lebih 5-10 menit.
Diagnosis
Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya :
·                     Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirka.
·                     Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengan kencang.
·                     Dagu tertarik dan menekan perineum.
·                     Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di kranial simfisis pubis.
Indikasi
Distosia bahu
Syarat
·                     Kondisi vital ibu cukup memadai sehingga dapat bekerjasama untuk menyelesaikan persalinan.
·                     Masih memiliki kemampuan untuk mengedan
·                     Jalan lahir dan pintu bawah panggul memadai untuk akomodasi tubuh bayi.
·                     Bayi masih hidup atau diharapkan dapat bertahan hidup.
·                     Bukan mostrum atau kelainan congenital yang menghalangi keluarnya byi.
Predisposisi distosia bahu
1.                  Ibu mengalami diabetes militus. Kemungkinan terjadi makrosomia pada janin. Makrosomia adalah berat badan janin lebih besar dari 4000 gram.
2.                  Adanya janin gemuk pada riwayat persalinan terdahulu.
3.                  Riwayat kesehatan keluarga ibu kandung ada riwayat diabetes militus.
4.                  Ibu mengalami obesitas sehingga ruang gerak janin ketika melewati jalan lahir lebih sempit karena ada jaringan berlebih pada jalan lahir dibanding ibu yang tidak mengalami obesitas.
5.                  Riwayat janin tumbuh terus dan bertambah besar setelah kelahiran.
6.                  Hasil USG mengindikasikan adanya makrosomia/janin besar. Dengan ditemukannya diameter biakromial pada bahu lebih besar daripada diameter kepala.
7.                  Adanya kesulitan pada riwayat persalinan terdahulu.
8.                  Terjadi cephalo pelvic disproportion (CPD) yaitu adanya ketidak sesuaian antara kepala dan panggul yang diakibatkan karena :
a.                   Diameter anteroposterior panggul dibawah ukuran normal.
b.                  Abnormalitas panggul sebagai akibat dari infeksi tulang panggul (rakhitis) dan kecelakaan.
9.                  Fase aktif yang lebih panjang dari keadaan normal. Fase aktif yang memanjang menandakan ada CPD.
10.              Penurunan kepala sangat lambat atau sama sekali tidak terjadi penurunan kepala.
11.              Mekanisme persalinan tidak terjadi rotasi dalam (putaran paksi dalam) sehingga memerlukan tindakan forsep atau vakum. Hal ini menunjukkan adanya CPD dan mengindikasikan.
KOMPLIKASI DISTOSIA BAHU PADA JANIN :
1.                  Terjadi peningkatan insiden kesakitan dan kematian intrapartum. Pada saat persalinan melahirkan bahu berisiko anoksia sehingga dapat mengakibatkan kerusakan otak.
2.                  Kerusakan saraf. Kerusakan atau kelumpuhan pleksus brachial (Erb’s) dan keretakan bahkan sampai fraktur tulang klavikula.
KOMPLIKASI DISTOSIA BAHU PADA IBU :
1.                  Laserasi daerah perenium dan vagina yang luas.
2.                  Gangguan psikologi sebagai dampak dari pengalaman persalinan yang traumatik.
3.                  Depresi jika janin cacat atau meninggal.
PENANGANAN
Secara sistematis tindakan pertolongan distosia bahu adalah sebagai berikut :
Diagnosis

Hentikan traksi pada kepala, segera memanggil bantuan

Manuver McRobert
(posissi McRobert, episiotomi bila perlu,tekan supra pubik,tarikan kepala)

Manuver Rubin
(posisi tetap McRobert, rotasikan bahu, tekan suprapubik, tarikan kepala)

Lahirkan bahu posterior, atau posisi merangkak, atau manuver wood
Manuver McRobert
1.                  Memposisikan ibu dalam posisi McRobert yaitu ibu terlentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat mungkin ke dada dan rotasikan kedua kaki kearah luar (abduksi).
2.                  Lakukan episotomi yang cukup lebar. (gabung episiotomi dan posisi McRobert akan mempermudah bahu posterior melewati promontorium dan masuk ke dalam panggul).
3.                  Mintalah asisten menekan suprasimfisis kea rah posterior menggunakan pangkal tangannya untuk menekan bahu anterior agar mau masuk dibawah simfisis.
4.                  Lakukan tarikan pada kepala janin kea rah posterokaudal dengan mantap.
(hindari tarikan yang berlebihan karena akan mencederai pleksus brakhialis. Setelah bahu anterior dilahirkan, langkah selanjutnya sama dengan pertolongan presentasi kepala. Manuver ini cukup sederhana,aman, dan dapat mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai sedang.
Manuver Rubin
Oleh karena diameter anteroposterior pintu atas panggul lebih sempit daripada diameter oblik atau tranversanya, maka apabila bahu dalam anteroposterior perlu diubah menjadi posisi oblik atau transversa untuk memudahkan melahirkannya. Yang dapat dilakukan adalah memutar bahu secara langsung dan menekan daerah suprapubik ke arah dorsal.pada umumnya sulit menjangkau bahu anterior, sehingga pemutaran bahu lebih mudah dilakukan pada bahu posteriornya.
1.                  Masih dalam posisi McRobert, masukkan tangan pada bagian posterior vagina, tekanlah daerah ketiak bayi sehingga bahu berputar menjadi posisi oblik atau transversa.
2.                  Ketika dilakukan penekanan supra pubik pada posisi punggung janin anterior akan membuat bahu lebih abduksi.
3.                  Lakukan tarikan kepala ke arah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior.
Melahirkan bahu posterior, posisi merangkak, atau manuver wood
1.                  Melahirkan bahu posterior pertama kali mengidentifikasi posisi punggung bayi.
2.                  Masukkan tangan penolong yang berseberangan dengan punggung bayi (punggung kanan berarti tangan kanan, punggung kiri berarti tangan kiri) ke vagina.
3.                  Temukan bahu posterior, telusuri lengan atas dan buatlah sendi siku menjadi fleksi (bias dilakukan dengan menekan fossa kubiti).
4.                  Peganglah lengan bawah dan buatlah gerakan mengusap ke arah dada bayi.
5.                  Dengan bantuan tekanan suprasimfisis ke arah posterior, lakukan tarikan kepala ke arah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior.
Manfaat posisi merangkak di dasarkan asumsi fleksibilitas sendi sakroiliaka bisa meningkatkan diameter sagital pintu atas panggul sebesar 1-2 cm dan pengaruh gravitasi akan membantu bahu posterior melewati promontorium. Pada posisi terlentang atau litotomi, sendi sakroiliaka menjadi terbatas mobilitasnya.

Manuver Wood
1.                  Menggunakan dua jari dari tangan yang berseberangan dengan punggung bayi (punggung kanan berarti tangan kanan, punggung kiri berarti tangan kiri) yang diletakkan di bagian depan bahu posterior.
2.                  Bahu posterior dirotasi 180˚. (bahu posterior menjadi bahu anterior, bahu anterior menjadi posterior)
PENATALAKSANAAN DISTOSIA BAHU (APN tahun 2008)
1.                  Mengenakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril.
2.                  Melaksanakan episiotomi secukupnya dengan didahului dengan anastesi lokal.
3.                   Mengatur posisi ibu Manuver McRobert.
a.                   Pada posisi ibu berbaring terlentang, minta ibu menarik lututnya sejauh mungkin kearah dadanya dan diupayakan lurus. Minta suami atau keluarga membantu.
b.                  Lakukan penekan ke bawah dengan mantap di atas simfisis pubis untuk menggerakkan bahu anterior diatas simfisis pubis. Tidak diperbolehkan mendorong fundus uteri, berisiko terjadi ruptur uteri.
Bahu Macet (Dystocia Bahu) Komplikasi dan Penyulit Persalinan Kala II
4.                  Ganti posisi ibu dengan posisi merangkak . coba bantu kelahiran bayi tersebut dengan melakukan tarikan perlahan pada bahu anterior ke arah atas dengan hati-hati. Segera setelah bahu anterior lahir, lahirkan bahu posterior dengan tarikan perlahan ke arah bawah dengan hati-hati.
PENATALAKSANAAN DISTOSIA BAHU MENURUT VARNEY (2007) :
1.                  Bersikap releks. Hal ini akan mengondisikan penolong untuk berkosentrasi dalam menangani situasi darurat secara efektif.
2.                  Memanggil dokter. Bila bidan masih terus menolong sampai bayi lahir sebelum dokter dating, maka dokter akan menangani perdarahan yang mungkin terjadi atau untuk tindakan resusitasi.
3.                  Siapkan peralatan tindakan resusitasi.
4.                  Menyiapkan peralatan dan obat-obatan untuk penanganan perdarahan.
5.                  Beritahu ibu prosedur yang akan dilakukan.
6.                  Atur posisi ibu McRobert.
Posisi Mc Robert
7.                  Cek posisi bahu. Ibu diminta tidak mengejan. Putar bahu menjadi diameter oblik dari pelvis atau anteroposterior bila melintang. Kelima jari satu tangan diletakkan pada dada janin, sedangkan kelima jari tangan satunya pada punggung janin sebelah kiri. Perlu tindakan secara hati-hati Karena tindakan ini dapat menyebabkan kerusakan pleksus syaraf brakhialis.
8.                  Meminta pendamping persalinan untuk menekan daerah supra pubik untuk menekan kepala kearah bawah dan luar. Hati-hati dalam melaksanakan tarikan kebawah karena dapat menimbulkan kerusakan pleksus syaraf brakhialis. Cara menekan daerah supra pubik dengan cara kedua tangan saling menumpuk diletakkan diatas simpisis. Selanjutnya ditekan kearah luar bawah perut.
9.                  Bila persalinan belum menunjukkan kemajuan, kosongkan kandung kemih karena dapat mengganggu turunnya bahu, melakukan episiotomy, melakukan pemeriksaan dalam, untuk mencari kemungkinan adanya penyebab lain distokia bahu. Tangan di usahakan memeriksa kemungkinan :
a.                   Tali pusat pendek
b.                  Bertambah besarnya janin pada daerah thorak dan abdomen oleh karena tumor
c.                   Lingkaran bandl yang mengindikasikan akan terjadi rupture uteri.
10.              Mencoba kembali melahirkan bahu. Bila distokia bahu ringan, janin akan dapat dilahirkan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7v69dhimSFJlHlDUfLYBzzlatXaeJy-Qjoz18Kzzvi23A6gikt9JFnqrfZPjimUT1qE0_FUPRgJLfAI3jfwgPUMn2WLoPv2QuJ42pRGwpss_b4M1OPVIswV6xzRabpSxapGlN9Nooo5s/s320/image_thumb%5B11%5D.png
11.              Lakukan tindakan perasat seperti menggunakan alat untuk membuka botol (corkscrew) dengan cara seperti menggunakan prinsi skrub wood. Lakukan pemutaran dari bahu belakang menjadi bahu depan searah jarum jam, kemudian di putar kembali dengan posisi bahu belakang menjadi bahu depan berlawanan arah dengan jarum jam putar 180˚, lakukan gerakan pemutaran paling sedikit 4 kali, kemudian melahirkan bahu dengan menekan kepada suprapubik.
12.              Bila belum berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janin seperti langkah 11.
13.              Bila tetap belum berhasil, maka langkah selanjutnya mematahkan clavikula anterior kemudian melahirkan bahu anterior, bahu posterior dan badan janin.
14.              Melakukan manuver zavenelli, yaitu suatu tindakan untuk memasukkan kepala kembali kedalam jalan lahir dengan cara menekan. Dinding posterior vagina, selanjutnya kepala janin ditahan dan dimasukkan, kemudian dilakukan SC.

Setelah melakukan prosedur pertolongan distosia bahu, tindakan selanjutnya melakukan proses dekontaminasi dan pencegahan infeksi pascatindakan serta perawatan pasca tindakan termasuk menuliskan laporan di lembar catatan medik dan memberikan konseling pascatindakan. 













ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN
DENGAN KASUS DISTOSIA BAHU TERHADAP Ny. T
DI RB RS YUKUM MEDICAL TAHUN 2007


Kala II, pukul 20.00 WIB
S       :     1.   Ibu mengatakan rasa ingin BAB dan ingin mengedan
2.  Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan lama menjalar dari pinggang ke perut bagian bawah
                3.   Ibu mengatakan merasa cemas menghadapi persalinannya

O      :     1.   His 4 x dalam 10, teratur lamanya > 40 detik
                2.   DJJ 145 x/menit, teratur
                3.   Pengeluaran dari vagina berupa blood slym yang makin banyak
                4.   Keadaan kandung kemih kosong
                5.   Pada inspeksi terlihat vulva membuka, anus mengembang, perineum menonjol
                6.   PD, pukul 16.00 WIB dengan hasil :
                      a.    Dinding vagina tidak ada kelainan
                      b.   Portio tidak teraba
                      c.    Pembukaan serviks 10 cm (lengkap)
                      d.   Ketuban (-)
                      e.    Presentasi kepala UUK kiri depan
                      f.    Penurunan bagian terendah di Hodge IV
                7.   Tanda vital
                      TD : 120/80 mmHg                   Pols     : 82 x/menit
                      RR : 22 x/menit                         Temp   : 370 C

A      :     Diagnosa :    Ibu G2P1A0 hamil 38 minggu, janin hidup tunggal, intrauterine, memanjang, presentasi kepala, inpartu kala II fase aktif
   Dasar   :
1.       Ibu mengatakan hamil anak kedua
2.       HPHT :
3.       Umur kehamilan 38 minggu
4.       His 4 x/10 menit, lamanya > 40 detik, teratur
5.       Pada inspeksi tampak : vulva membuka, anus mengembang, perineum menonjol
6.       Pada periksa dalam   : Portio tidak teraba, pembukaan serviks 10 cm, ketuban (-), presentase kepala, UUK kiri depan, penurunan bagian terendahdi     Hodge IV.
7.       DJJ : 145 x/menit, teratur, terdapat 1 puctum maximum
8.       Leopold 1 : TFU pertengahan pusat dan px, pada fundus teraba bokong
9.       Leopold 2  :  Punggung kiri
10.   Leopold 3  : Bagian bawah teraba kepala
11.   Leopold 4  :  Bagian terbawah janin sudah masuk PAP (divergen)

Masalah :
Distosia Bahu
Dasar   :     1.   Kepala bayi telah lahir tetepi tetap berada di vagina
                   2.   Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi dalam
                   3.   Kepala bayi tersangkut di perineum, seperti masuk kembali ke dalam vagina (kepala kura-kura)
Kebutuhan :
1.      Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu
2.      Menjaga kandung kemih tetap kosong
3.      Memimpin meneran dan bernafas yang baik selama persalinan
4.      Melakukan pertolongan persalinan

Pelaksanaan :
1.       Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
a.    Beritahukan keadaan itu : TD : 120/70 mmHg, Pols : 85 x/menit, RR : 23 x/menit, Temp : 370 C, keadaan umum ibu baik
b.    Beritahukan hasil PD : pembukaan servik : 10 cm, Penurunan kepala : 1/5, molase : tidak ada
c.     Libatkan keluarga dalam memberiklan dukungan psikologis
2.       Pimpin ibu untuk meneran
a.     Anjurkan ibu untuk mengedan saat his mulai mereda
b.    Anjurkan ibu untuk mengedan seperti orang BAB keras dan kepala melihat ke fundus
3.       Beritahu itu untuk bernafas yang baik selama persalinan
a.    Anjurkan ibu untuk bernafas dengan teknik dog reathing
b.    Saat his hilang, ajurkan ibu untuk menarik nafas dalam dari hidung dan keluargaan melalui mulut
c.    Berikan minum diantara his
4.       Siapkan pertolongan persalinan dengan teknik aseptik dan antiseptik
a.     Gunakan alat-alat yang steril serta menggunakan sarung tangan
b.    Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
5.       Lakukan pertolongan persalinan
a.    Tetap pimpin ibu untuk meneran
b.    Terdapat distosia bahu yaitu bahu anterior tertahan pada tulang symphisis
c.    Lakukan episiotomi dengan memberikan anastesi lokal
d.   Lakukan manuver Mc. Robert :
1.       Dengan posisi ibu berbaring pada punggungnya, minta ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya. Minta suami atau anggota keluarga untuk membantu ibu.
2.       Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (ke arah anus ibu) untuk menggerakkan bahu anterior dibawah symphisis pubis.
Catatan : Jangan lakukan dorongan dengan fundus, karena bahu akan lebih jauh dari rupture uteri
e.                   Lahirkan bahu belakang, bahu depan, dan tubuh bayi seluruhnya
6.       Bayi lahir spontan pervaginam, tanggal 02-11-07 pukul 20.45 WIB, hidup, jenis kelamin perempuan, BB : 4100 gram, PB : 50 cm






DAFTAR PUSTAKA
Sumarah, Yani widyastuti, dkk. 2008. Perawatan Ibu Bersalin,fitramaya.yogyakarta.
             .2013.Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. PT bina pustaka sarwono prawirohardjo. Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu Kebidana. PT bina pustaka sarwono prawirohardjo. Jakarta.
         .2008.Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar